“Quo Vadis Ibu Kota DKI Jakarta”

Oleh : Jim Lomen Sihombing (Jakarta Barometer)

Pesta Hari jadi Kota Jakarta yg ke 496, adalah sebuah wujud syukur bagi seluruh lapisan masyarakat, baik tingkat Nasional maupun lokal masyarakat Jakarta.

Di usia yang ke-496, terbukti Kota Jakarta mampu menjadi Ibukota yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat, diaspora antar etnis dapat tumbuh berdampingan satu sama lain.

Pembangunan dan tata kelola Kota Jakarta  silih berganti mencari bentuk yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah 
Pemimpin Ibu Kota Jakarta dari masa kemasa terus berupaya sedikit demi sedikit mencari solusi mengatasi masalah yang kerap terjadi, seperti kemacetan, banjir musiman dan yang saat ini menjadi perhatian Klkhusus adalah polusi udara yg sangat mengkhawatirkan.

Dalam perjalanannya, sebuah kebijakan Pemerintah Pusat memindahkan Ibu Kota Negara telah mendapat persetujuan semua pihak, maka Ibu Kota Negara akan pindah ke Propinsi Kalimantan Timur.

Kebijakan pemindahan Ibu Kota tersebut, menjadikan Sejarah Jakarta sebagai Ibukota Negara selesai sudah, tugas menjadi simbol negara akan segera tergantikan.

Kemudian perubahan status Ibu Kota ini masih dalam diskusi semua pihak, apa yg akan terjadi buat Jakarta setelah Jakarta tidak menjadi Ibu Kota? bagaimana system pemerintahan nya?

Dalam sebuah tulisan yang dimuat di salah satu koran nasional, PJ Gubernur DKI, Heru Budi Hartono, mencetuskan wacana Jakarta menjadi kota global, setelah ibu kota negara secara utuh pindah ke ibu kota negara yang baru.

Jakarta Barometer, memandang kiranya wacana kota jakarta menjadi kota global, adalah sebuah gagasan ide yang perlu mendapat tempat dikalangan seluruh lapisan masyarakat Kota Jakarta.

Diskusi ilmiah tentang posisi Kota Jakarta pasca tidak mejadi ibu kota negara kiranya dapat berjalan utuh dalam menemukan sebuah bentuk yang ideal terhadap Kota Jakarta yang berhasil menjadi ibu kota negara yang baik dan tetap menjadi kota besar yang tidak kehilangan posisinya dalam menjaga harmonisasi diaspora masyarakat Indonesia.

Kemudian tetap menjadi kekuatan penunjang ekonomi negara, karena Kota Jakarta terkenal dengan karakter nya sebagai Kota Jasa. Kota Jakarta tetap akan menjadi barometer pembangunan bersama kota–kota pendampingnya.

Jakarta Barometer, memandang posisi Kota Jakarta terhadap ibu kota negara tetangga sekiranya tetap penting dalam peranan nya. Kota Jakarta tetap harus fokus menjadi kota berdaya saing global, dalam menjalin hubungan dengan ibu kota negara lain.

Fokus memecahkan masalah yang selalu muncul, menjawab tantangan menjadi kota global bukan sekedar tanggung Jawab pemerintah Kota Jakarta saja, tetapi juga menjadi tanggung hawab seluruh lapisan masyarakat Kota Jakarta.

Oleh karena itu, Jakarta Barometer, mengajak seluruh lapisan masyarakat Kota Jakarta, untuk bersama-sama secara simultan mempersiapkan diri menjadikan Kota Jakarta tetap menjadi Kota impian bagi seluruh masyarakat Indonesia, yang tidak kehilangan kebesarannya dalam sejarah menjadi ibu kota negara.

Selamat Hari Jadi Ibu Kota Negara, DKI JAKARTA yang ke-496.