Pani Gold Project Terus Mengekang, Penambang Pohuwato Meradang, Tali Asih Nihil, Ngojek Dilarang

WARTANESIA – Masyarakat penambang emas di kawasan Gunung Pani, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato semakin meradang. Pasalnya, selain janji pembayaran tali asih tak kunjung direalisasikan oleh pihak Perusahaan Pani Gold Project, kini warga dilarang masuk ke kawasan pertambangan.

Seperti yang diposting akun Facebook Marni Tantu. Seolah putus asa dan tak ada lagi tempat mengadu, ia menuliskan curahan hatinya lewat media sosial Facebook pada Sabtu (2/3/2024).

banner 468x60

“Assalamualaikum..Wrb
Kepada pemerintah daerah kami selaku para penambang yg ada di area 100.hk dan sekitarnya mohon kebijaksanaan dari
Bupati pohuwato, DPRD, Agar kiranya bisa memberi luang kepada kami untuk tdak membatasi ojek ojek ataupun para pemilik lokasi yg membawa pasilitas untuk kebutuhan kami untuk beraktifitas dan mencari nafkah di arae tambang yg belum menerima TALI ASI/Belum terbayar.

Dan untuk pihak perusahaan kami diam bukan berarti kami takut dan rela hak hak kami di ambil tdk sesuai dengan apa yg menjadi harapan kami.

Sekarang kami dibatasi untuk beraktifitas di lokasi bahkan kami di hadapkan dengan TNI/polri.

Kami Rakyat NKRI
Kami Bukan Musuh TNI/polri
Kami bukan perampok
Kami bukan pemberontak kami hanya menuntut hak hak kami.
Jika keadilan itu tdk ada,Akan tiba saatnya kami akan melawan,”
tulisnya.

Sementara itu, salah satu warga lainnya, Yulius Usman kepada wartanesia.id mengatakan bahwa, sampai saat ini, pihak perusahaan belum membayarkan tali asih atas lokasi miliknya di kawasan konsesi perusahaan.

Tidak hanya itu saja, Yulius juga mempertanyakan perbedaan nominal pembayaran tali asih yang dinilainya tidak adil.

“Saya sudah diundang berapa kali. Lokasi saya dijanjikan akan dibayar 65 juta rupiah, sementara ada yang lain itu dibayar 1,7 milyar rupiah, 1,1 milyar rupiah, kenapa kami yang lain tidak sama,” keluh Yulius.

Hal lain diutarakan oleh Herman Iyone. Dia mengaku saat ini sudah tidak lagi bisa masuk ke kawasan pertambangan, sebab akses jalan telah ditutup perusahaan. Bahkan, warga ditakut-takuti dengan kamera pengawas atau CCTV.

“Sejak kemarin ojek-ojek sudah dilarang melintas masuk ke lokasi tambang. Katanya ada Cctv yang tembus ke Jakarta. Kalau sudah begini, kami mau kerja apa, anak istri kami mau makan apa,” ungkapnya.

Kondisi yang ada diakuinya semakin pelik manakala hingga saat ini, tidak ada upaya pemerintah dan DPRD untuk mencarikan solusi atas persoalan yang menimpa masyarakat penambang. (Lan)

banner 468x60