Kisah 2 Nelayan Pohuwato yang Hanyut, Minum Air Es dan Makan Cumi Mentah, Ada Perahu Mendekat Tapi Tak Mau Menolong

Foto penjemputan dua nelayan Pohuwato yang hanyut, oleh tim rescue. (isgo)

WARTANESIA – Dua nelayan asal Pohuwato yang sebelumnya dikabarkan hilang pada Jumat (1/1/2020), akhirnya berhasil ditemukan dalam.kondisi selamat pada Minggu (3/0/1/2020), sekitar pukul 7.00 Wita, oleh kapal ikan KM. Fitra asal Talumolo, Kota Gorontalo, di perairan Sulawesi Tengah.

banner 468x60

Kedua korban lalu dijemput dan dibawa pulang oleh tim gabungan yang terdiri dari BPBD, Basarnas, Tagana, Polairud Pohuwato, dan TNI-AL Pohuwato.

Tiba dengan selamat sekitar pukul 19.40 di Pantai Pohon Cinta Marisa, kedatangan keduanya disambut tangis haru oleh keluarga dan kerabat yang telah lama menanti.

Dibalik peristiwa itu, ada cerita sedih dari kedua nelayan ini, yang membuat hati terenyuh.

Inji Suma (52) kepada localhost/warta mengisahkan bahwa, mereka berangkat dari Marisa pada Rabu pagi (30/12/2020), menuju Dolong, Sulteng, untuk mengambil ikan di bagan milik Kadir Alhasni alias Aba Der (54).

“Saya yang mengemudikan perahu. Saat mulai mendekati Dolong, sekitar pukul 5.30 mesin perahu kami mati. Kami sempat bertemu 2 orang asal Marisa, perahunya sempat berhenti di dekat perahu kami, saat itu kami meminta tolong ke mereka untuk menarik perahu kami ke darat, BBM mereka akan kami ganti, tapi mereka menolak, alasannya mereka mau ke rakit di tegah laut. Kami pun meminta ikut ditarik ke rakit, lagi-lagi mereka menolak karena buru-buru katanya,” tutur Inji Suma.

Setelah itu kisah Inji, tak ada lagi satupun perahu nelayan ataupun kapal yang terlihat melintas, hingga hari ketiga. Perahu mereka trrus hanyut ke arah laut lepas.

Mereka pun hanya bisa mengandalkan labu gento (semacam jangkar kapal), namun itu tidak sampai ke dasar laut, untuk memperlambat laju hanyutnya perahu.

Kondisi Kadir Alhasni (merah) dan Inji Suma (hijau) saat keduanya sudah berada di rumah. (yoga)

“Sabtu malam, Aba Der (Kadir Alhasni) kondisinya sudah mulai lemah karena belum makan. Kami tidak bawa bekal karna rencananya hanya pergi pulang. Di kapal hanya ada es batu sebanyak 10 gabus untuk menampung ikan dari bagan. Selama 3 hari kami hanya bertahan hidup dengan minum air dari es batu yang mencair,” kenang Inji.

“Saya mulai kasihan dan khawatir melihat kondisi Aba Der, akhirnya malam itu, saya merakit batang tinta pulpen yang di ikat dengan mata kail, untuk di jadikan umpan memancing cumi. Hampir setiap saat Aba Der bertanya sudah dapat belum, sambil bercanda saya bilang kumpulkan dulu sampai banyak,” kisah Inji.

“Setelah dapat enam ekor cumi, saya kasih ke dia (Aba Der) lima ekor. Satu ekor saya simpan untuk di buat umpan lagi. Dia pun memakan lima ekor cumi mentah hingga habis, dan bertanya apa masih ada lagi.
Demi menghibur dan sedikit bercanda, saya bilang, tahan dulu rakusmu itu. Dia pun terlihat tertawa meski kondisinya lemah,” urai Inji.

“Saya sangat rindu keluarga. Apa lagi kepada cucu saya. Saya selalu ingat cucu saya di rumah yang sudah mulai belajar merangkak. Dalam hati saya selalu berdoa, semoga Allah masih mempertemukan saya dengan cucu saya dan keluarga,” kata Inji mengisahkan.

Tepat pada Minggu (3/1/2021). Sekitar jam 7.00 Wita, Inji melihat ada sebuah kapal tidak jauh dari posisi merela. Ia pun memberi isyarat ke kapal tersebut menggunakan tutup boks gabus.

“Waktu itu perahu kami hanyut mengarah ke laut lepas. Jika tidak ada kapal KM. Fitra, entah apa yang terjadi dengan nasib kami,” kata Inji.

“Kami pun naik ke kapal KM. Fitra. Perahu kami diikatkan ke kapal agar tidak hanyut terbawa arus. Sekitar pukul 14.30 tim pemyelamat tiba di KM. Fitra dan menjemput kami pulang. Saya merasa sangat bahagia, dan terus bersykur kepada Tuhan masih memberi kami umur panjang,” ungkap Inji.

Setibanya di daratan, keduanya kemudian di bawa ke Rumah Sakit Bumi Panua Pohuwato, untuk mendapatkan penanganan medis. Saat ini, kedua korban sudah berada di rumah masing-masing. (Yoga)

banner 468x60