WARTANESIA – Kabupaten Pohuwato dikenal sebagai daerah dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah, khususnya di sektor pertambangan. Namun, potensi besar ini dinilai belum cukup jika tidak dibarengi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Ketua Komisi III DPRD Pohuwato, Nasir Giasi, menegaskan bahwa, pengembangan SDM harus menjadi perhatian serius agar kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan maksimal untuk kemajuan daerah.
Hal ini disampaikan Nasir usai pelaksanaan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi III DPRD Pohuwato, Pemerintah Daerah, dan investor pertambangan dari Pani Gold Project (PGP). Pertemuan tersebut membahas komitmen bersama dalam upaya peningkatan SDM masyarakat Pohuwato.
RDP itu turut dihadiri oleh Ketua DPRD Pohuwato Beni Nento, Sekretaris Daerah Iskandar Datau, Plt Kepala Dinas Pendidikan Fitrianti Lasantu, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Rusmiyati Pakaya, serta External Affairs Manager PGP, Mahesa Lugiana.
Dalam forum tersebut, Komisi III mempertanyakan sejauh mana progres program beasiswa yang ada serta sejauh mana peran PGP dalam mendukung peningkatan kapasitas SDM lokal di bidang pertambangan.
“Hari ini kami fokus pada sektor pendidikan. Hal menarik yang kami temukan adalah bahwa SMKN 1 Dengilo ternyata sudah membuka jurusan pertambangan. Tapi pengembangannya belum maksimal sebagaimana yang kita harapkan,” ujar Nasir Giasi.
Nasir meminta agar Pani Gold Project tidak hanya sekadar melakukan aktivitas pertambangan, namun juga berperan aktif dalam membina dan meningkatkan kualitas SDM lokal. Tujuannya jelas, agar tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan benar-benar berasal dari masyarakat Pohuwato, yang telah siap kerja dan memiliki kualifikasi mumpuni.
“Kami harap PGP tidak hanya fokus pada pengerukan SDA Pohuwato. Tetapi mereka juga harus berkontribusi terhadap peningkatan SDM di bidang pertambangan,” tegas Nasir.
Lebih lanjut, Komisi III DPRD Pohuwato juga akan mendorong Pemerintah Provinsi Gorontalo agar memberikan perhatian khusus terhadap SMKN 1 Dengilo yang telah membuka jurusan pertambangan.
Nasir menilai penting bagi PGP untuk turun langsung memberikan kontribusi, mulai dari transfer ilmu, pelatihan praktis, hingga membuka kesempatan magang bagi siswa.
“Siswa-siswa ini harus diberikan ruang untuk magang dan prakerin. Agar nantinya mereka benar-benar siap bekerja di perusahaan tambang,” kata Nasir lagi.
Meski memiliki SMKN dengan jurusan pertambangan, Nasir mengakui bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari sisi tenaga pengajar maupun sarana-prasarana penunjang.
Oleh karena itu, ia mendesak Pemerintah Daerah dan PGP untuk turun tangan secara aktif dan memberi perhatian penuh terhadap kekurangan-kekurangan tersebut.
Tak hanya itu, Nasir juga menyinggung pentingnya beasiswa bagi putra-putri Pohuwato agar dapat melanjutkan pendidikan di bidang pertambangan, khususnya di Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu dan Politeknik Energi dan Pertambangan (PEP) Bandung, dua perguruan tinggi vokasi di bawah Kementerian ESDM.
Menanggapi hal tersebut, External Affairs Manager PGP, Mahesa Lugiana menyampaikan bahwa, pihaknya berkomitmen mendukung peningkatan SDM lokal melalui program beasiswa.
Namun, ia menegaskan bahwa beasiswa ini diberikan dengan mempertimbangkan dua kriteria utama, yaitu berasal dari keluarga kurang mampu dan memiliki nilai akademik yang baik.
“Kami memang punya dua klasifikasi untuk beasiswa. Pertama untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu, dan kedua yang memiliki nilai akademik baik. Ini seperti beasiswa pada umumnya,” jelas Mahesa.
Mahesa juga menyinggung tentang penyerapan tenaga kerja oleh PGP. Ia menuturkan bahwa perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang benar-benar siap pakai di berbagai bidang seperti geologi, pemeliharaan dan pengoperasian alat berat.
“Kebutuhan kita di pertambangan ini meliputi keahlian geologi, pemeliharaan alat berat, dan operator. Bahkan kami sudah mulai jemput bola untuk menyiapkan tenaga kerja operator,” tambahnya.
PGP, kata Mahesa, juga telah menjalin kerja sama dengan SMKN 1 Marisa sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM lokal. Ke depan, tidak menutup kemungkinan kerja sama akan diperluas ke sekolah-sekolah lain.
“Kami sudah berbagi pengetahuan dengan siswa SMKN 1 Marisa. Bahkan pendampingan guru masih terus berjalan sampai sekarang. Hanya saja, untuk benar-benar menyerap ilmu praktis itu membutuhkan waktu yang tidak singkat, minimal satu tahun,” pungkas Mahesa.(Lan)