WARTANESIA – Pemerintahan Saipul Mbuinga-Suharsi Igirisa (SMS) sudah berjalan tiga Tahun memimpin Kabupaten Pohuwato. Dalam perjalanannya itu, pemerintahan SMS telah berhasil menorehkan sejumlah prestasi untuk masyarakat Kabupaten Pohuwato.
Tapi siapa sangka, di balik prestasi-prestasi yang berhasil diraih itu, juga terdapat kebobrokan yang selama ini tak banyak diketahui oleh publik. Menariknya, hal itu justru diungkap oleh Anggota DPRD Pohuwato dari Partai Gerindra, Wawan Hatama.
Seperti diketahui, Partai Gerindra merupakan partai yang dipimpin oleh Bupati Kabupaten Pohuwato Saipul Mbuinga. Tapi sebagai wakil rakyat, Wawan Hatama berani mengkritisi pimpinan partainya itu, lantaran tidak menjalankan program -program yang dijanjikan dengan baik.
Pemerintahan SMS memiliki jargon Pemerintahan yang Sehat, Maju dan Sejahtera. Tapi realitasnya menurut Wawan tidak seperti itu. Semua program kesehatan katanya gratis, tapi faktanya kata Wawan masyarakat yang sakit justru dimintai pungutan.
“Setiap masyarakat Popayato yang mau dirujuk ke Rumah Sakit itu dimintakan pungutan Rp 300 ribu, katanya nanti akan diganti. Tapi sampai sekarang tidak pernah diganti, apa seperti ini potret pelayanan kesehatan Pohuwato yang katanya gratis itu?,” Tanya Wawan, anggota DPRD dapil Popayato CS itu.
Hal itu diungkap Wawan dalam Rapat Evaluasi Program Pemerintah SMS selama Tahun 2023, sekaligus evaluasi program pemerintahan SMS di Tahun 2024, Senin (04/03/2024) di Aula DPRD Pohuwato. Rapat tersebut dipimpin Ketua Komisi III Beni Nento didampingi anggota, serta dihadiri Pimpinan-pimpinan OPD.
Lebih jauh, ketua Fraksi Gerindra ini juga menyentil program Satu dokter satu Kecamatan. Ia mengapresiasi program itu. Tapi makin ke sini, program tersebut menurut dia sudah tidak tepat sasaran. Apalagi penerima beasiswa program ini merupakan orang -orang yang mampu.
Kondisi itu kontras dengan siswa di Popayato yang terpaksa harus berhenti melanjutkan sekolah karena tidak memiliki seragam. Serta tidak pernah tersentuh beasiswa oleh pemerintah daerah.
“Program Satu dokter selalu jadi prioritas. Katanya satu dokter satu Kecamatan. Nyatanya hari ini sudah ada 18 dokter yang lahir dari program itu. Mirisnya mereka yang dapat beasiswa ini banyak orang yang mampu. Di Kampung saya di Popayato ada yang berhenti sekolah karena tidak punya seragam, tidak pernah tersentuh beasiswa. Ini Pemerintah tahu tidak,” ungkap Wawan penuh emosi.
Bahkan Wawan sampai meneteskan air mata menceritakan kisah pilu yang dialami warganya itu. Wawan merasa malu, sebagai anggota DPRD dari partai Gerindra, dirinya tidak bisa memperjuangkan nasib siswa di desa tersebut.
“Jika kalian tidak percaya, ayo sama- sama kita temui siswa dan orang tuanya yang tidak mampu itu,” tegas Wawa Hatama
Anggota DPRD Pohuwato dua periode itu juga mewanti pemerintah daerah untuk tidak berjanji kepada masyarakat, bila janji itu tidak bisa direalisasikan.
“Sekarang sudah dekat Pilkada. Nanti akan berjanji lagi ke masyarakat, padahal pada faktanya janji-janji itu tidak bisa direalisasikan. Kami wakil rakyat juga jadi malu, karena masyarakat berpikir kami tidak bisa kerja. Padahal semua sudah kami suarakan,” pungkasnya dengan nada kecewa. (dnd)