Soal Sampah dan Genangan Air di Pasar Sipayo, Pemda Janji Bakal Carikan Solusi

WARTANESIA – Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Kabupaten Pohuwato bakal menindaklanjuti keluhan masyarakat terkait kondisi yang terjadi di Pasar Desa Sipayo, Kecamatan Paguat.

Kepala Disperindagkop dan UMKM Pohuwato, Ibrahim Kiraman mengatakan bahwa, mulai besok (Senin/24/3/2025), persoalan sampah dan genangan air di pasar tersebut bakal segera ditindaklanjuti.

“Besok sampah dan genangan air akan di buatkan peresapan, dan sampah akan dibuang lewat motor sampah, yang beberapa hari  mengalami kerusakan,” kata Ibrahim, Minggu (23/3/2025).

Ibrahim bilang, pihaknya telah turun ke pasar dan mendengar langsung keluhan masyarakat. Dia berjanji akan segera mencarikan solusi terkait sejumlah persoalan yang dikeluhkan.

“Tadi saya sudah bicara dengan pedagang untuk mencari solusi masalah genangan dan sampah. Insya allah kami akan carikan solusi. Soal sampah, bukan jarang diangkut, tapi armada kami itu masih rusak,” jelasnya.

Sebelumnya, Warga sekitar Pasar Sore, Desa Sipayo, Kecamatan Paguat, mengeluhkan bau menyengat yang berasal dari lokasi lapak ikan di pasar tersebut. Menurut mereka, bau tidak sedap ini muncul akibat saluran air yang tidak terawat dan tumpukan sampah yang tidak pernah diangkut oleh pemerintah.

Kepada wartanesia.id, warga menyebut bahwa, meskipun mereka rutin membayar biaya retribusi pasar setiap hari sebesar Rp 3.000, masalah kebersihan tidak kunjung mendapat perhatian. Saluran air yang mampet tidak pernah diperbaiki, dan bau tak sedap serta genangan air mengganggu aktivitas jual beli di pasar tersebut.

“Kami diminta biaya retribusi setiap hari 3 ribu rupiah, tapi kebersihan tidak diperhatikan. Saluran mampet tidak diperbaiki, baunya naudzubillah, genangan air mengganggu aktifitas jual beli,” ungkap salah satu sumber kepada Wartanesia pada Sabtu (22/3/2025).

Selain masalah saluran air, warga juga mengeluhkan pengangkutan sampah yang tidak teratur. Mereka menyebutkan bahwa pemerintah melalui Dinas Perindagkop hanya mengangkut sampah pasar dua kali dalam sebulan.

“Sampah pun demikian, diangkut paling 2 kali dalam sebulan, tapi sampah pasar tiap hari masuk. Sudah beberapa hari seperti ini, dan petugas bea sudah 4 hari tidak mengambil bea di lapak ikan, karena penjual ikan protes dengan kondisi saluran seperti itu,” keluhnya. (Lan)