WARTANESIA – Kondisi memprihatinkan tengah dihadapi masyarakat penambang di Kabupaten Pohuwato. Pasalnya, demi bertahan hidup, para penambang rela menukarkan emas dengan beras hanya demi bisa makan.
Kondisi yang terjadi karena sejumlah pengusaha (pembeli) emas di Pohuwato, melakukan penyetopan alias tidak lagi membeli emas dari warga penambang karena ada proses pemeriksaan oleh Kepolisian.
Hal ini terungkap saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara pengusaha (pembeli) emas dengan DPRD dan Pemda Pohuwato, pada Selasa, (15/8/2023).
Di hadapan pengusaha emas dan perwakilan masyarakat penambang, Wakil Ketua DPRD Pohuwato, Idris Kadji mengaku didatangi oleh masyarakat penambang untuk menukarkan emas dengan beras.
“Saya cukup sedih melihat kondisi saat ini. Ada seorang perempuan yang bawa satu gram emas ditukar beras karena sudah tidak ada yang dimakan oleh keluarganya, maupun anak-anaknya di rumah. Ada yang sudah menangis bayar uang sekolah anaknya, pegang emas tapi tidak bisa dijual,” ungkap Idris Kadji.
Dirinya pun meminta penjelasan dari para pengusaha emas terkait adanya informasi penyetopan pembelian emas milik penambang.
“Katanya ini perintah langsung dari Polda, kami belum dapat informasi dari penampung (pengusaha emas), apa mendapat teguran langsung atau surat dari Polda, itu yang ingin kami tanyakan hari ini. Supaya kita sama-sama mendengar apa alasan penampung tidak membeli emas dari masyarakat penambang,” pinta Idris Kadji.
Sementara itu, salah satu pengusaha emas di Pohuwato, Daeng Herman mengaku bahwa, disetopnya proses pembelian emas dari masyarakat penambang dikarenakan tidak adanya suplay dana dari bos besar di Makassar.
“Terus terang saya bilang pak, bos dari Makassar tidak ada uang. Dia sudah dengar informasi di Gorontalo, pembeli akan dipanggil semua. Saya bilang tutup dulu kebetulan ada pemeriksaan dari Polda belum selesai,” ungkapnya.
Daeng Herman mebambahkan, ketika diperiksa oleh Kepolisian, dirinya mengaku mendapatkan pesan agar berhati-hati. “Hati-hati saja babeli, katanya begitu. Yang bilang itu penyidik,” ujar Daeng Herman. (Lan)