Site icon WARTANESIA

Soal Portal Pantai Pohon Cinta , Warga: Kalau Jadi Beban, Nonaktifkan Saja!

WARTANESIA – Persoalan portal Pantai Pohon Cinta rupanya berbuntut panjang hingga Pemerintah Daerah harus menggelar rapat bersama Forum Komunikasi Pengusaha Pohon Cinta (FKP2C).

Bertempat di aula Dinas Perindagkop, Jum’at 29 Juli 2022, rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan dari beberapa OPD, diantaranya Dinas Perhubungan, Disporapar, Satpol PP, Dinas Perindagkop, Sekda Is Datau, dan seluruh anggota FKP2C.

Pertemuan tersebut berlangsung cukup panas. Bahkan, tidak ditemukan titik temu antara pihak penyelenggara portal yaitu Dinas Perhubungan, maupun anggota FKP2C.

Ketua FKP2C, melalui Sekretaris Fenli Mantulangi menegaskan bahwa keberadaan portal saat ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal itu tercermin dari jumlah pemasukan yang tidak balance jika dibandingkan dengan pengeluaran portal.

“Pemerintah saat ini membangun portal dengan tujuan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Akan tetapi sesuai dengan penjelasan dari Sekretaris Dinas Perhubungan, bahwa pendapatan dari portal tidak mampu menutupi pengeluaran. Kalau sudah seperti ini, untuk apalagi portal di adakan? Keluarkan saja kalau hanya menambah beban untuk daerah,” tegas Fenli.

Lebih lanjut, Fenli menegaskan bahwa sampai dengan saat ini pihaknya akan tetap berpegang teguh pada poin yang sudah disepakati sebelumnya oleh anggota FKP2C, dimana ketetapan harga tiket masuk kawasan Pohon Cinta adalah Rp 5.000 untuk mobil dan Rp 2.000 untuk motor.

“Apa yang disampaikan tadi oleh Dinas Perhubungan sangat memberatkan kami, dan tentunya jika tetap diterapkan maka hasilnya akan tetap sama, yaitu pendapatan kami akan anjlok, sementara ada banyak kewajiban yang harus kami penuhi, diantaranya pajak 10%, retribusi food court, gaji karyawan, hingga harga bahan pokok,” ujar Fenli tegas.

Bahkan, kepada Wartanesia.id, Fenli berujar akan membawa persoalan ini hingga ke tingkat DPRD Kabupaten Pohuwato. Hal ini, katanya, bertujuan untuk menemukan keadilan baik untuk pengelola portal, pengusaha, bahkan pengunjung Pohon Cinta itu sendiri.

“Pertemuan ini tidak menemukan titik terang dan kami akan membawa persoalan ini hingga ke tingkat DPRD. Kita tidak bisa diamkan, lama-kelamaan Pohon Cinta pasti akan mati menyusul wisata di daerah-daerah lain yang diberlakukan sama,” jelas Fenli.

Sebelumnya, dalam rapat tersebut, Sekretaris Dinas Perhubungan, Herdi Poha mengungkapkan bahwa pendapatan portal mengalami penurunan. Penurunan tersebut kata Herdi, dipengaruhi oleh cuaca yang saat ini sering hujan.

“Bukan saja pendapatan bapak-ibu yang ada di rumah makan yang merosot, kami juga merasakan hal yang sama. Kami biasanya mendapatkan Rp 500.000, saat ini hanya mendapatkan Rp 100.000. Dari faktor ini, kemungkinan kami sudah ambil kajian dari Januari sampai bulan Mei kemarin, ternyata dipengaruhi oleh musim hujan,” terang Herdi.

Kepada anggota FKP2C, Herdi menawarkan biaya masuk wilayah Pohon Cinta yaitu Rp 2.000 untuk motor, dan Rp 4.000 untuk mobil, dengan catatan ketika kendraan tersebut melewati batas 3 jam, maka biayanya akan menjadi dua kali lipat.

Tawaran ini kemudian menyulut emosi pihak FKP2C, karena dinilai masih tetap sama seperti sebelumnya dan tidak akan terjadi perubahan terhadap pendapatan mereka. Bahkan, mereka menilai bahwa tawaran tersebut terkesan menzolimi pedagang di Pohon Cinta. (rik)

Exit mobile version