WARTANESIA – Pihak Puskesmas Duhiadaa, Kecamatan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato, memberikan keterangannya terkait insiden dugaan tindak kekerasan tenaga kesehatan (Nakes) yang betugas di Puskesmas tersebut.
Kepala Tata Usaha Puskesmas Duhiadaa, Jeri Manopo ketika ditemui sejumlah awak media pada Kamis (14/4/2022) mengatakan bahwa, dugaan tindak kekerasan tersebut benar terjadi. Namun menurutnya, kekerasan dimaksud tidak pada tindakan pemukulan.
“Jadi mereka berdua ini saya undang untuk menyelesaikan masalah. Kita Puskesmas Duhiadaa masih masa transisi dari kepala puskes lama ke yang baru. Saya diminta memediasi. Mereka datang dan menjelaskan,” terang Jeri mengawali.
“Saya pikir tidak akan ada gerakan apa-apa. Tiba-tiba MD (diduga pelaku) langsung mengayunkan tangannya ke arah WM (diduga korban). Kalau saya bahasakan itu bukan pemukulan. Kalau bahasa Gorontalo bilang itu dikokoto (Dijitak [jitak] Arti jitak di KBBI adalah: mengetuk (menampar) dahi atau kepala (dengan buku tangan yang dikepalkan). Kalau bagi saya itu tidak terlalu sakit,” katanya lagi.
“Kalau mau bahasakan pemukulan, ya itu memang terjadi karena tangannya sampai. Kalai tingkat kerasnya pukulan itu tidak seperti yang ditakutkan. Saya juga menyayangkan kejadian itu. Jadi intinya masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan.
Kalau kita dari pihak Puskesmas sudah berusaha tidak dilapor ke Polisi. Cuman keputusan terakhir kan ada di mereka keluarga WM,” tutup Jeri.
Sementara itu MD ketika dikonfirmasi membantah adanya dugaan pemukulan terhadap rekannya. “Saya tidak bapukul pak. Itu bukan pemukulan. Saya tidak bapukul cuma bajitak. Saya begitu karena saya emosi. Karena masalah pribadi saya diumbar. Saya emosi jadi saya langsung bagitu,” terangnya.
“Saya pun tidak menjambak dia (WM) tapi cuma batarik di jilbab. Saya mau berdamai tapi yang ini (WM) tidak mau berdamai,” tukas MD. (Lan)