WARTANESIA – Sejumlah desa di Kecamatan Patilanggio, terendam air akibat jebolnya tanggul penahan air Sungai Randangan, pada Jumat (17/9/2021).
Akibatnya, puluhan hektar kebun milik warga terkena dampak dari jebolnya tanggul yang sama, yang sempat terjadi pada tahun 2019 lalu.
Hal ini pun membuat salah satu kepala desa di Kecamatan Patilanggio, Badrun Yonu meradang. Menurut Kepala Desa Sukamakmur ini, ada beberapa penyebab yang menyebabkan jebolnya tanggul tersebut. Salah satunya ialah pekerjaan tanggul yang dilakukan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi II di Gorontalo, usai jebol di tahun 2019, tidak sesuai.
“Kami sudah sering menyuarakan ini ke pihak balai sungai. Air meluap melewati tanggul yang tahun kemarin sempat jebol, tetapi perbaikan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, karena justru setelah diperbaiki tanggul yang sempat jebol itu ternyata yang seharusnya ketinggian nya seperti yang sedia kala, justru lebih pendek dari yang seharusnya, sehingga ketika air sungai naik maka secara otomatis akan meluap. Wajarlah kalau jebol lagi,” beber Badrun kepada localhost/warta, Sabtu (18/9/2021).
“Khusus di desa kami Sukamakmur, ada sekitar seratus hektar lahan warga terdampak jebolnya tanggul dan terancam gagal panen. Belum di desa lainnya. Kami berharap pemerintah dalam hal pihak balai sungai, dapat menseriusi persoalan ini,” harapnya.
Sementara itu, Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga mengaku kecewa terhadap kinerja pihak BWS Sulawesi II, yang dinilai lamban mengantisipasi terjadinya tanggul jebol.
“Harusnya, pihak balai sudah dapat mengantisipasi hal ini. Nah kalau sudah begini, tetap akan tertangani namun butuh waktu yang tidak singkat. Kami akan koordinasikan ini secara intens dengan balai, agar secepatnya dapat ditindaklanjuti,” tegas Saipul. (Lan)