WARTANESIA – Seorang warga di Desa Bunuyo, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Remin Kasim (56), meninggal dunia usai dirawat di Rumah Sakit Bumi Panua Pohuwato, pada Sabtu (24/7/2021).
Istri korban, Fatma Ali (53), mengungkapkan penyebab sang suami harus dirawat intensif di rumah sakit, sebelum akhirnya meninggal dunia. “Tanggal 7 Juli 2021, saya dan suami disuntik vaksin di Puskesmas Paguat. Sebelum divaksin, ditest dulu (Screening). Hasilnya suami saya darah tinggi, 170. Tapi tetap disuntik. Ia dikasih obat penawar darah tinggi,” ungkap Fatma, saat ditemui di kediamannya pada Senin (26/7/2021).
Keesokan harinya, tepat tanggal 8 Juli 2021, Remin kemudian dilarikan ke Puskesmas Paguat. “Tanggal 8 itu, Pak Remin sudah sempoyongan saat lewat di depan umah kami. Suami dan saya yang menolong. Kami langsung bawa ke Puskesmas,” ujar tetangga korban, Yasdi Panggi (40).
Di hari yang sama, Remin dirujuk ke RSBP. “Di rumah sakit suami saya dirawat selama Lima hari. Setelah itu dibolehkan pulang,” jelas Fatma melanjutkan.
Menurutnya, hanya sehari berada di rumah, sang suami harus kembali dilarikan ke rumah sakit karena keluhan di bagian leher belakang. “Dia (Remin) memang dari awal mengeluh sakit di bagian pantat leher. Sehari keluar dari rumah sakit itu dia anfal lagi dan dibawa lagi ke rumah sakit. Setelah itu meninggal dunia di rumah sakit tanggal 24 Juli kemarin,” terang Fatma.
Fatma dan keluarga pun mengaku bahwa, mereka terpaksa harus melakukan vaksinasi, dikarenakan tidak akan mendapatkan pelayanan pemerintah jika tidak melakukan vaksinasi. “Di desa, kami tidak akan menerima bantuan lagi kalau tidak ada kartu vaksin. Kami juga kata pak Kades tidak akan dilayani jika tidak ada kartu vaksin,” kata Fatma sambil tertunduk lesu. Hal tersebut pun dibenarkan oleh sejumlah warga sekitar.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Paguat, Hendrik Husain, ketika dikonfirmasi menyampaikan bahwa, pihaknya masih melakukan pencarian data, penyebab meninggalnya Remin Kasim. “Jadi saya juga masih sementara cari data. Tapi sesuai hasil yang ada, ternyata yang bersangkutan ini kondisinya biasa. Tapi Pada saat itu tensinya memang tekanan darahnya tidak terlalu tinggi yakni 150,” terang Hendrik.
Hendrik juga menambahkan bahwa, obat penurun darah tinggi yang diberikan oleh tim medis kepada korban, justru disalahgunakan. “Sesuai informasi dari teman, seharusnya obat ini diminum tiga kali satu, tapi justru diminum sekalian tiga butir. Korban juga terinformasi nonton bola. Harusnya istirahat tapi malah justru nonton bola,” beber Hendrik. (Lan)