WARTANESIA – Puluhan masyarakat pecinta sepak bola dari Kecamatan Buntulia bersama sejumlah official PS Buntulia menggelar aksi unjuk rasa di pelataran Stadion 25 Februari, Marisa, Kabupaten Pohuwato, Minggu (7/9/2025).
Aksi ini dipicu oleh kekecewaan terhadap keputusan panitia Bupati Cup 2025 yang menolak gugatan protes PS Buntulia atas dugaan pelanggaran akumulasi kartu oleh salah satu pemain dari tim Presma Marisa.
Dalam orasinya, perwakilan masyarakat Buntulia, Firman Tantu, menegaskan bahwa keputusan panitia dinilai tidak transparan dan terburu-buru.
“Kami datang dengan nilai kebenaran, harga diri kami pertaruhkan. Kami yakin benar. Masyarakat Kecamatan Duhiadaa semua bisa bersaksi bahwa salah satu pemain mendapat akumulasi kartu. Namun panitia tidak pernah mengundang kami untuk musyawarah atau klarifikasi, tiba-tiba keluar surat gugatan kami ditolak. Ini terburu-buru dan tidak rasional,” tegas Firman.
Ia juga menilai panitia seharusnya memberikan ruang kepada PS Buntulia untuk menghadirkan bukti dan saksi, bukan langsung mengeluarkan keputusan sepihak.
Panitia Sebut Prosedur Sudah Sesuai Regulasi
Menanggapi tudingan tersebut, Ketua Panitia Bupati Cup 2025, Febriyanto Mardain, menyatakan bahwa semua proses telah berjalan sesuai regulasi yang berlaku.
“Teman-teman Buntulia memang melayangkan surat protes, dan kami disposisi ke Askab PSSI serta Panitia Disiplin (Pandis). Mereka sudah melakukan pemeriksaan termasuk mengundang perangkat pertandingan. Bahkan video yang beredar sudah kami cek secara detail. Saya sendiri sudah tanyakan kepada wasit bernama Marwan, apakah saat itu ada kartu kuning yang dikeluarkan, dan jawabannya tidak,” jelas Febriyanto.
Hal senada disampaikan Koordinator Pandis, Hendriyanto Mahmud, yang mengatakan pihaknya telah memeriksa wasit utama sebanyak empat kali, dan hasilnya tetap sama yakni, tidak ada kartu kuning dalam pertandingan antara Duhiadaa melawan Presma Marisa.
Tudingan Praktik Mafia Bola
Di tengah aksi protes, pernyataan mengejutkan datang dari salah satu official PS Buntulia, Iswan Gau, yang menuding adanya praktik mafia bola dalam pelaksanaan Bupati Cup 2025.
Dalam orasinya, Iswan secara terbuka menyebut ada oknum panitia hingga perangkat pertandingan yang diduga terlibat dalam praktik curang dan mencederai sportivitas sepak bola daerah.
“Saya sudah mencium ada panitia yang main mafia bola. Karena saya sudah lama pegang bola, pak, jadi saya tahu kalau ada yang main. Bahkan ada juga wasit yang ikut bermain,” tegas Iswan di hadapan Ketua Askab PSSI Pohuwato, Nasir Giasi, serta Ketua Panitia Febriyanto Mardain.
Iswan juga mempertanyakan hilangnya siaran live streaming pertandingan antara Duhiadaa FC dan Presma Marisa di media sosial, yang menurutnya semakin menimbulkan kecurigaan.
“Saya cek satu hari di Facebook dan TikTok, hanya live streaming itu yang dihapus. Jangan begitu, kita sama-sama menghidupkan olahraga dan menjunjung tinggi sportivitas. Kalau dibiarkan, akan tumbuh mafia-mafia bola di Pohuwato. Dan kalau ada yang bertanya, saya siap menyebutkan,” katanya.
Askab PSSI Mengaku Siap Tindak Tegas
Menanggapi tudingan adanya praktik mafia bola, Ketua Askab PSSI Pohuwato, Nasir Giasi, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam jika ada perangkat pertandingan yang terbukti curang.
“Askab tidak segan-segan mencabut lisensi wasit jika terbukti menjadi mafia bola pada pelaksanaan Bupati Cup ini. Saat ini masih kami selidiki. Kami tidak akan diam. Panitia dan Pandis juga tidak akan berhenti sampai di sini,” tegas Nasir.
Ia menambahkan, proses investigasi akan melibatkan Komisi Disiplin Wasit dan Panitia Disiplin. Jika pelanggaran terbukti, Askab akan berkoordinasi dengan Asprov PSSI untuk menjatuhkan sanksi berat.
“Ketika itu terbukti, maka saya sebagai Ketua Askab akan mengkomunikasikan kepada Asprov PSSI agar lisensi dicabut dan yang bersangkutan diberhentikan dari dunia perwasitan di Pohuwato,” tandasnya.